Ibnu Zakariya Hasan

Transisi demokrasi Indonesia pasca reformasi mengubah wajah perpolitikan Indonesia. Kondisi negara yang tidak karuan menuntut berbagai pihak merasa perlu untuk mendesakkan demokrasi, kebebasan, transparansi, akutanbilitas publik, atas persoalan-persoalan bangsa, berkaitan dengan seluruh tananan masyarakat. Tak ayal pertentangan dan konflik sosial terus terjadi. Berbagai kepentingan, baik yang mendasari atas nama bangsa dan kelompok tertentu, juga ikut mewarnai.
Terbukanya katub-katub kebebasan dalam berpendapat, berkumpul, dan berserikat menjadi salah satu pendorong menguatnya gerakan masyarakat sipil. Di satu sisi, gerakan ini menjadi harapan karena mampu mendorong dan menjadi stabilisator pemerintahan, namun di saat yang lain semakin mengancam. Kegetiran masyarakat atas berbagai persoalan terutama dalam hal ekonomi, politik, dan degradasi moral menjadikan masyarakat mencari alternatif baru.

Salah satunya adalah munculnya berbagai pemikiran politik Islam yang kemudian melahirkan banyak gerakan. Konsolidasi di tingkatan negara terus dilakukan, namun pada saat yang sama, terdapat konsolidasi internal di kalangan umat Islam. Fenomena ini dapat dibaca dari munculnya gerakan politik Islam dengan berbagai isu aktual. Penegakan syariat, negara Islam, khilafah Islamiyah, masyarakat madani, dan gerakan-gerakan pelegal-formalan Islam dalam kehidupan politik.
Selama Orde Baru (Orba), kekuatan politik Islam mengalami pasang surut. Pada masa awal Orba, Islam mengalami peminggiran dari negara. Umat Islam merasa kesulitan mengembangan gagasan-gagasan mengenai sosial-politik karena rezim Orba yang represif. Islam sedikit memperoleh angin segar saat masuk masa pertengahan akhir rezim Orba, namun kepentinganya juga masih banyak dikekang Negara.
Menuju kepada era reformasi dimana banyak bermunculan gerakan-gerakan islam di masyarakat. Kehadirannya memberikan nilai tersendiri bagi proses pembangunan sosio-politik di Indonesia.
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Front Pembela Islam (FPI), Laskar Jihad (LJ), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) merupakan gerakan sosial-politik keagamaan Indonesia kontemporer. Gerakan-gerakan ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru, karena pada masa Orde Lama juga sudah muncul gerakan politik Islam serupa. Model pemikiran gerakan Islam Indonesia memiliki kemiripan karekteristik, yakni menuntut adanya legalisasi Islam dalam sistem sosial ataupun politik Indonesia.
Bahkan, HTI sangat getol untuk meng-goal-kan khilafah Islamiyah atau pemeritahan Islam di Indonesia. Bagi HTI, pemerintahan Islam merupakan suatu keharusan yang wajib ditegakkan. Model negara yang diimpikan HTI adalah transnasional yang membatasi wilayah geografis atau melintasi batas-batas negara yang sudah ada. Pemikiran negara HTI banyak terinspirasi pemikiran tokohnya Taqiyuddin an-Nabanyy dari Palestina. Pemikiran politik HTI banyak terispirasi model pemerintahan Rasulullah di Madinah dan kemudian berkembang pada sistem khilafah Islamiyah. Sementara, khilafah Islamiyah sendiri runtuh pada 1924, masa kepemipinan Turki Usmani dihancurkan kekuatan kapitalisme Barat.
Berbeda dengan HTI, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) memandang bahwa pentingnya formalisasi agama dalam sistem sosial politik Indonesia. Sepintas, MMI tidak memiliki ide pendirian negara agama, namun lebih mengedepankan simbolisasi agama dalam negara. Inilah yang membedakan antara HTI dan MMI dalam menegakkan Islam.
Bagi MMI, siapa pun yang menetang penegakan syariat harus ditentang dan dilawan, sekalipun dengan kekerasan. Doktrin ini kemudian banyak menjadi pemicu ketegangan di antara umat Islam, terutama kalangan moderat dan liberal. Tidak jarang, perbedaan pemahanan ini menimbulakan gesekan dan konflik keagamaan di Indonesia akhir-akhir ini.
Laskar Jihad, FPI, dan KAMMI memiliki orietasi yang kurang lebih sama dengan MMI. Namun, masing-masing memiliki karakter yang berbeda dalam gerakan keagamaannya. Gerakan-gerakan ini pun sering menimbulkan gesekan ketegangan di antara umat Islam dewasa ini. Pertikaian antara FPI dengan Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Lapangan Monas Jakarta (1/06/08) merupakan fakta atas hal ini.



TERJADINYA AKSI TERORISME

Masih lekat dalam pikiran kita Beberapa peristiwa yang mengguncang stabilitas Indonesia, bahkan juga menjadi sorotan dunia. Aksi-aksi pengeboman di sejumlah daerah menyisakan getir bagi negeri ini.
Dari Bom Malam Natal tahun 2000, kediaman kedutaan Philipina tahun 2001, Bom Bali I tahun 2002, Kedutaan Australia tahun 2004, dan Bom Bali II Oktober 2005 lalu, semua itu adalah rentetan peristiwa yang terjadi sejak masa reformasi, dimana pergerakan islam bebas melakukan aktifitasnya.
Umat islampun disini sebagai tertuduh. Karena para pelaku pengeboman mengatas namakan islam. Mereka menyebutnya sebagai gerakan jihad. Sehingga menyebabkan paradigma pada masyarakat berubah dan kaku. Mereka menilai gerakan-gerakan islam itu sebagai sarangnya para teroris. Pengkaderan manusia militan yang siap mati dengan cara bom bunuh diri. Padahal, gerakan-gerakan islam itu sendiri tidak memiliki pemahaman seperti itu. Mereka memiliki tujuan dan misi yang beragam.

PERGERAKAN ISLAM PASCA EKSEKUSI AMROZI CS

Setelah sempat tertunda-tunda dan diliputi ketidakpastian, drama eksekusi pelaku bom Bali I, Amrozi, Imam Samudra dan Mukhlas berakhir. Petualangan Amrozi cs yang terus mengobarkan jihad dengan menebarkan teror berakhir di depan regu tembak. Pelatuk regu tembak telah mengakhiri teka-teki eksekusi Amrozi. Tim Pembela Muslim (TPM) sebagai kuasa hukum Amrozi cs berusaha sekuat tenaga untuk menunda, bahkan membatalkan, eksekusi dengan berbagai dalih. Kelompok-kelompok yang simpati dan mendukung tindakan Amrozi cs juga menekan pemerintah agar tidak mengeksekusi mereka. Namun, kini semua sudah berakhir.
Keberanian pemerintah, dalam hal ini Kejaksaan Agung, melakukan eksekusi terhadap Amrozi cs patut dihargai. Meski mendapat tekanan dari berbagai kelompok yang bersimpati kepada Amrozi cs, namun akhirnya eksekusi itu terlaksana.

Jasad Amrozi cs memang sudah terkubur. Namun, ideologi perjuangan yang mereka lakukan belum tentu ikut terkubur. Karena itu, kita bisa mengajukan pertanyaan, apa makna eksekusi Amrozi cs dalam konteks perang melawan terorisme? Apakah dengan eksekusi ini akan melemahkan gerakan kelompok teroris? Hal ini penting untuk direfleksikan lebih jauh terutama ketika bangsa Indonesia dalam suasana memperingati hari pahlawan.
Bukan tidak mungkin, banyak kalangan yang menganggap Amrozi sebagai mujahid dan pahlawan yang harus dihormati. Jika asumsi ini dibiarkan, akan berkembang pemahaman, tidak masalah dikatakan sebagai teroris dan dihukum mati, tapi di sisi Allah mereka adalah mujahid. Asumsi ini bisa terus berkembang dan bisa sampai pada anggapan, pemerintah Indonesia adalah pemerintah lalim karena membunuh para mujahid.
Cara pandang demikian tidak boleh dibiarkan. Masyarakat harus diberi pemahaman, untuk menjadi mujahid tidak perlu menjadi teroris. Menjadi mujahid di Indonesia tidak perlu dengan meledakkan bom yang justru bertentangan dengan semangat jihad itu sendiri. Namun, merubah cara pandang demikian bukan hal mudah.

Bagaimana dengan gerakan-gerakan islam kontemporer itu sendiri ?.

Pasca eksekusi amrozi cs. Mereka lebih mengurung diri. Mereka melakukan aktifitasnya secara underground. Terlebih dampak yang ditimbulkan insiden monas bulan juli tahun lalu menambah daftar panjang coreng-morengnya dunia islam di mata masyarakat. FPI yang kita kenal sebagai sang penegak amar’ ma’ruf nahyi mungkar kini harus melempem karna polisi mulai membatasi pergerakan mereka. HTI dengan program khilafahnya kini harus berhati-hati dalam berdakwah. Karna takut akan kesalah pahaman dalam persepsi masyarakat. Begitu pula dengan gerakan-gerakan islam lainnya.seperti MMI, laskar jihad, pemuda ansor, FUI, KAMMI, dsbg.




REFERENSI


Jurdi, Syarifudin: Pemikiran Politik Islam Indonesia; Pertautan Negara, Khilafah, Masyarakat Madani, dan Demokrasi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 2008

www.wahidinstitute.org/Agenda/Detail/?id=68/hl=id/Peta_Dan_Gerakan_ Islam_Kontemporer_Di_Indonesia
www.eramuslim.com Indonesia antara Pemikiran dan Era Baru Pergerakan Islam
Posted in Opini by Farah Zuhra on the March 6th, 2009

www.hminews.com

www.hizbuttahrir.net

www.madinahku.blospot.com . Sejarah Pergerakan Islam Indonesia
« pada: Januari 18, 2009, 06:08:03 »


Label:artikel
0 Responses

Post a Comment